2008-2009 DATA CONSULT. All rights reserved.
LAPORAN MARKET INTELLIGENCE

PERKEMBANGAN INDUSTRI PERTENUNAN

Oktober 2009


Latar belakang

Industri pertenunan masih menghadapi masalah daya saing yang rendah karena mesin-mesinnya yang sudah tua. Saat ini, jumlah mesin-mesin tua di subsektor pertenunan masih mencapai 82,1% atau sebesar 204.393 unit (alat tenun mesin/ATM) dari total 248.957 unit.

Investasi mesin untuk memperbaiki daya saing yang difasilitasi oleh pemerintah masih rendah dan cenderung menurun pada tahun 2009. Pada tahun 2007 nilai investasi per perusahaan yang diajukan untuk mendapat reimburse potongan harga rata-rata mencapai Rp15 miliar.

Pada tahun 2009 nilai investasi mesin industri TPT yang diajukan rata-rata per perusahaan hanya senilai Rp.10 miliar yakni sebesar Rp1,767 triliun yang diajukan oleh 191 perusahaan.

Sementara itu, program fasilitasi pemerintah untuk peremajaan mesin dimana produsen mendapatkan pengembalian sebesar 10 persen dari harga mesin yang dibeli yang dicanangkan sejak tahun 2007 telah berakhir pada bulan Agustus 2009.

Krisis sektor keuangan yang terjadi sejak akhir tahun 2008 juiga mempengaruhi industri pertenunan. Permintaan garmen yang melemah karena modal kerja yang lebih sulit didapat dari perbankan menyebabkan permintaan bahan bakunya yakni kain juga menurun.

Karakteristik produk

Kain tenun merupakan produk intermediate dalam struktur industri TPT, dimana produk dari industri pertenunan merupakan produk yang harus melalui proses selanjutnya yaitu: dyeing, printing, finishing, dan selanjutnya diteruskan menjadi produk garmen.

Kain tenun berasal dari beberapa sumber bahan baku berupa benang dan mono filament yarn.  Benang dari Polyester mono filament akan menjadi kain dengan kandungan 100% sintetik sedangkan benang hasil pemintalan (spinning) Polyester staple fiber serta serat rayon, kapas dan acrylic yang akan menjadi kain dengan beragam kandungan serat sintetik dan serat alam.

Kapasitas tidak berkembang

Rendahnya investasi di sub sektor pertenunan menyebabkan kapasitas produksi pada industri ini juga kurang berkembang. Program fasilitasi peremajaan mesin tekstil belum mampu mendorong penggantian mesin produksi dengan yang baru karena 

Pada tahun 2006 kapasitas industri pertenunan mencapai 1777 ton per tahun. Kapasitas ini menurun pada tahun berikutnya sebesar 2.5 persen menjadi 1773 ton per tahun. Tidak ada perkembangan yang berarti pada tahun 2008 dimana kapasitas hanya meningkat sebesar 1 persen menjadi 1750 ton per tahun.

Kapasitas produksi justru cenderung turun karena sebagian mesin-mesin produksi berusia tua tidak lagi dioperasikan karena kemampuan menghasilkan kain dengan kualitas baik yakni Grade A sangat rendah.

Sebagai perbandingan, mesin baru dengan kapasitas yang sama mampu menghasilkan 900 yard per jam sementara mesin lama hanya menghasilkan 650 yard per jam. Selain itu, mesin-mesin yang sudah tua ini kurang efisien karena konsumsi energinya yang lebih boros.

Hanya produsen yang cukup besar yang melakukan investasi mesin, sementara produsen menengah kecil banyak yang tidak melakukan investasi mesin baru sehingga kapasitas produksi total mengalami penurunan.

Sebagai gambaran dari sekitar 190 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) mengajukan subsidi bunga kredit atau potongan harga kepada Departemen Perindustrian pada tahun 2009 sebagian besar merupakan produsen  menengah besar.

Dari jumlah tersebut sebanyak 170 di antaranya merupakan perusahaan skala menengah dan besar (melalui skema I), sedangkan 20 lainnya skala industri kecil dan menengah (IKM) melalui skema II.

Produsen Utama

Industri weaving di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir belum mencatat peningkatan kapasitas secara besar yang dilakukan oleh para pemainnya. Pemain utama dalam industri ini sebagian besar masih diisi oleh perusahaan-perusahaan besar yang sama dengan sebelumnya.

Pemain pemain utama tersebut adalah pemain terintegrasi yang memiliki bisnis TPT terintegrasi antara lain PT. Apac Inti Corpora dengan kapasitas produksi 80 juta meter greige fabrics/ tahun  dan denim sebesar 60 juta yard/ tahun. Apac juga memproduksi bahan baku kain yakni benang sebesar 482 ribu bal / tahun.

Pemain lainnya yang terintegrasi adalah PT. Argo Pantes, Tbk. Argo Pantes memiliki kapasitas produksi kain sebesar 87,5 juta meter/ tahun. Argo Pantes tergabung dalam Grup Argo Manunggal yang juga memiliki 17 perusahaan TPT lain yang memproduksi benang hingga garmen.

Selanjutnya>>
MONTHLY REPORT
INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER (ICN)
HOME            Laporan Utama          Fokus            Daftar Isi          Berlangganan   
Topik Terkait

ICN - Oktober 2009

FOKUS: MASALAH INFRASTRUKTUR MASIH MENGHAMBAT INVESTASI

PROFIL INDUSTRI: PERKEMBANGAN INDUSTRI SPINNING DI INDONESIA

INDUSTRI: PERKEMBANGAN INDUSTRI PERTENUNAN
Web Page Maker, create your own web pages.