2008-2009 DATA CONSULT. All rights reserved.
LAPORAN MARKET INTELLIGENCE

PERKEMBANGAN INDUSTRI POLYPROPYLENE (PP) RESIN DI INDONESIA

MEI 2007


Latar belakang

Peningkatan harga polypropylene di pasar Asia terus berlanjut mengikuti peningkatan harga propylene sebagai bahan baku. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan harga minyak bumi, yang terus meningkat hingga pada Agustus dan September  tahun 2006 hampir mencapai US$ 80 per barel. Keterbatasan jumlah industri hulu petrokimia di regional Asean mengakibatkan perubahan kinerja salah satu produsen saja di salah satu negara akan  mempengaruhi harga ditingkat Asean maupun Asia.

Pada tahun 2006 kelangkaan pasokan propylene di Indonesia terjadi akibat dua produsen propylene domestik yaitu Chandra Asri dan Pertamina mengurangi produksi untuk melakukan pemeliharaan, sehingga beberapa perusahaan polypropylene di Indonesia seperti Tri Polyta terpaksa menambah impor pembelian bahan baku propylene di pasar Asia yang otomatis meningkat harganya akibat pengurangan produksi dari dua produsen tersebut.  


Kapasitas produksi industri polypropylene belum berkembang

Pada akhir tahun 2006 tingkat utilisasi kapasitas produksi industri polyropylene di Indonesia  sudah mendekati kapasitas maksimal. Dengan produksi mencapai 535.750 ton, utilisasinya lebih dari 80%.

Terhentinya perkembangan kapasitas produksi polypropylene selama lebih dari 10 tahun, tidak terlepas dari karakteristik industri petrokimia yang sangat tergantung pada minyak bumi, yang harganya sangat fluktuatif tergantung kondisi pasar dunia, sehingga ketersediaan bahan baku menjadi faktor penting  perkembangan di industri ini.

Industri petrokimia juga merupakan industri yang strategis, karena menyangkut perkembangan teknologi yang sangat tinggi, sehingga penguasaan teknologi ini pada level tertentu hanya dikuasai oleh beberapa pihak saja, Union Carbide corp., Shell Chemical co., BP Chemical adalah beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi petrokimia di Indonesia.

Selain faktor bahan baku dan teknologi yang tergantung pada pihak lain, industri petrokimia juga merupakan industri yang sangat padat modal, karena selain fasilitas produksinya yang membutuhkan investasi yang sangat besar, industri ini juga membutuhkan fasilitas pendukung yang juga menelan investasi yang besar terutama pembangunan infrastruktur. Beberapa faktor diatas menjelaskan penyebabnya lambatnya perkembangan industri polypropylene di indonesia.
The Second Wave Industri Petrokima akan datang

Asosiasi industri olefin dan plastik Indonesia (INAplas) dan pemerintah saat ini tengah menerapkan suatu langkah baru berupa strategic Cluster, dimana industri-industri plastik dari hulu dan hilir di kelompokan sesuai kegiatannya serta dilokalisasikan sesuai keterkaitannya dengan industri-industri lain.

Dengan pengelompokan tersebut  maka ada 3 klaster yang dikembangkan yaitu:

"        klaster Banten untuk Olefin
"        klaster Tuban untuk Aromatik
"        klaster Bontang  untuk Methan

Untuk saat ini yang sudah di implementasikan adalah klaster Banten, dengan mulai memperbaiki beberapa faktor penting yang diusulkan oleh kalangan industri ini  antara lain terkait dengan : perbaikan infra struktur berupa jalan, jalan kereta api, jalur pipa, pengaturan tata air, pelabuhan laut dan lain-lain. Selain itu bahan baku dan BBM yang kompetitif juga menjadi prioritas yang harus ditangani.

Dengan langkah yang sudah dimulai sejak 2 tahun ini, Sekjen  INAplas Budi Susanto Sadiman dalam konferensi pers nya yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2007,  mengharapkan akan terjadi Second Wafe dalam industri petrokimia, dimana dengan berpatokan kepada demand yang tumbuh saat ini diharapkan pada tahun 2010 hingga tahun 2015 akan terealisasi lagi gelombang investasi yang masuk dalam industri ini,  yang skalanya sama dengan  investasi yang terjadi pada tahun 1990 hingga tahun 1995.

Pemain utama: Tri Polita Produsen terbesar

Saat ini terdapat  tiga produsen PP resin di Indonesia yaitu PT Tri Polyta Indonesia, PT Polytama Propindo dan PT Pertamina (Plaju).

PT Tri polyta Indonesia

PT Tri Polyta Indonesia (TPI) yang mulai beroperasi tahun 1992 di Cilegon, Banten, merupakan produsen PP resin terbesar di Indonesia. Dengan menggunakan teknologi Gas UNIPOL yang dikembangkan oleh Union Carbide Corporation dan Shell Chemical company, TPI memulai operasi pada tahun 1992 dengan dua lajur produksinya yang mencapai kapasitas 200.000 ton per tahun.  

Pada tahun 1995, lajur produksi ketiga mulai beroperasi sehingga kapasitas produksinya meningkat menjadi 360.000 ton per tahun.

Pada awalnya pemegang saham TPI adalah PT Bima Kimia Citra (31,22%) yang merupakan group Bimantara, kemudian Prayogo Pangestu (8,51%), Commerzbank (SEA) Ltd.(7.08%) , Henry Pribadi (6,73%), Ibrahim Risjad (5,31%), Wilson Pribadi (3,89%), Johny Djuhar (2,13%), Henry Halim (0,71%) dan publik (34,42%). Kemudian pada Juni tahun 2001 PT Bima Kimia Citra dan Henry Pribadi menjual sahamnya.

Pada Desember tahun 2003 pemegang saham TPI menjadi Prajogo Pangestu (46,46%), Commerszbank(SEA) Ltd. (7,08%), Ibrahim Risjad (5,31%), Wilson Pribadi (3,89%), Johny Djuhar (2,13%), Henry Halim (0,71%) dan publik              ( 34,42%).

Produk yang dihasilkan TPI adalah PP resin berupa Homopolimer, Random Copolimer dan Block Copolimer, dengan merek dagang nya adalah Trilene.
Produk ini  digunakan untuk Film, Injection Moulding, Sheet thermoforming, yarn dan fiber multifilament, dan lain-lain.

PT Polytama Propindo

PT Polytama Propindo adalah produsen kedua terbesar PP resin di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 180.000 ton pada tahun 1996 dan  pada tahun 2005 kapasitas produksinya ditingkatkan hingga mencapai 200.000 ton.

Lokasi PT Polytama Propindo berada di Balongan, Indramayu, Jawa Barat yang  berdekatan dengan kilang Pertamina Exor 1 yang mensuplai kebutuhan Propylene bagi PT Polytama Propindo.

PT Polytama Propindo merupakan joint Venture( PMA) yang didirikan oleh PT Tirtamas Majutama (80%) yang dimiliki oleh Hashim S. Djoyohadikusumo dan Nissho Iwai Corp. Jepang(10%) dan BP Chemical Co. Inggris  (10%).

PT Pertamina - Plaju

Kilang Polypropylene Pertamina Plaju dibangun pada tahun 1971 di Plaju Sumatera Selatan,  dengan kapasitas produksi 20.000 per tahun, kemudian pada tahun 1994 di lakukan Revamping untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 45.000 ton per tahun.

Pertamina Plaju mendapat bahan baku Raw Propane propylene  dari kilang FCCUS, Sungai Gerong, Sumatera Selatan.
Produk yang dihasilkan Pertamina Plaju adalah Polytam / Polypropylene pellet (biji plastik) yang di produksi melalui proses polimerisasi gas propylene dengan modifikasi beberapa aditif yaitu antioxidant, stabilizer, lubricant, antiblokck dan slip agent.

........ Lihat Daftar Isi >>



INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER (ICN)
HOME            Laporan Utama          Fokus            Daftar Isi          Berlangganan   
LAPORAN BULANAN
TOPIK TERKAIT

ICN - Mei 2007

FOKUS:

MOMENTUM UNTUK MENARIK DANA ASING KE SEKTOR RIIL

PROFIL INDUSTRI:

INDUSTRI POLYETHYLENE (PE) RESIN        
  • Latar belakang
  • Karakteristik dan klasifikasi produk
  • Produsen dan kapasitas
  • Kebutuhan bahan baku ethylene sebagian besar masih impor
  • Proyeksi kapasitas produksi dan produksi
  • Impor
  • Ekspor
  • Konsumsi
  • Investasi minim
  • Pangsa pasar dan persaingan
  • Kebijakan pemerintah
  • Harga PE
  • Kesimpulan dan Prospek

PERKEMBANGAN INDUSTRI POLYPROPYLENE (PP) RESIN DI INDONESIA        
  • Latar belakang
  • Klasifikasi dank ode tariff polypropylene
  • Struktur industri
  • Meskipun perlahan, produksi terus meningkat
  • Suplai bahan baku propylene
  • Pengembangan kapasitas produksi terganjal harga minyak
  • Impor PP resin terus meningkat
  • Singapura pemasok utama PP resin ke Indonesia
  • Ekspor PP resin Indonesia        
  • Proyeksi konsumsi PP resin        
  • Delta P US$ 105 pada tahun 2006
  • Pemasaran dan distribusi produk PP
  • Prospek dan Kesimpulan

PERKEMBANGAN INDUSTRI PVC RESIN DI INDONESIA
  • Current issue
  • Gambaran produk
  • Kapasitas produksi dan produsen
  • Impor
  • Ekspor
  • Tahun 2006 Turki tujuan ekspor terbesar
  • Konsumsi
  • Konsumsi menurut industri penggunannya
  • Proyeksi konsumsi dan produksi
  • Persaingan
  • Prospek dan kesimpulan

Web Page Maker, create your own web pages.